Senin, 02 Mei 2011

MENIRU SIMCITY SAJA.

Wajar bila anak-anak dalam proses pengembangan dirinya belajar dengan cara meniru. Sebagai panutan, orang-tua dan guru-guru menjadi model yang ditiru, lengkap dari cara bicara, berperilaku dan pelajaran yang diberikan. Demikian juga remaja-remaja yang masih mencari jati diri. Namun masih ada satu catatan yang seringkali diingatkan, seandainya positif boleh ditiru dan sebaliknya jangan ditiru.

Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang telah dianggap dewasa? Bahkan yang dianggap berwawasan luas?

Seandainya saya bermain SIMCITY, tentu anda tahu aplikasi game permainan ini.

Saya akan membiarkan lahan tertentu supaya masyarakat di City saya mempunyai mata-pencaharian.

Memajukan bidang pertanian dan kelautan dengan memanfaatkan struktur geografis setempat dan memfungsikan tenologi yang ada.

Tanah yang subur tentu dapat mengarah swasembada di semua jenis tanaman dan hasil kelautan yang kaya sebagai sumber protein.

Kegiatan industry lebih diprioritaskan untuk mengolah hasil pertanian dan kelautan agar memiliki nilai ekonomi yang lebih, yang diarahkan untuk masyarakat setempat terlebih dulu dan seandainya telah berlebihan baru diekspor ke City lain. Sehingga masyarakat City saya sudah “enjoy” akan hasil buminya (pertanian dan kelautan) duluan daripada City yang lain.

Selain itu terdapat pabrik daur ulang yang disesuaikan jenisnya sehingga City saya bersih dan sampah mempunyai nilai tambah. City saya bersih dapat sekalian menjadi “Pariwisata City”, yang berarti income bagi City.

Menyiapkan fasilitas-fasilitas umum bagi masyarakat seperti pendidikan dan kesehatan, juga keperluan untuk kegitian rutinitas rumah-tangga.

Penyediaan air pipa dengan pembangkit tenaga air dari sungai dan parit-parit besar yang terus dipelihara kebersihan dan kelancarannya.

Penyediaan listrik dengan memanfaat energy matahari, karena City saya berada di area tropis yang hanya mempunyai 2 musim saja.

Fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis yang tenaga-tenaganya dibayar dari income City saya.

Faktor esense yang menjamin dinamika kegiatan masyarakat City saya juga perlu tetap stabil dan selalu tersedia gratis ataupun dengan harga terjangkau yaitu bahan bakar (minyak tanah, premium, solar,gas).

Kalau di darat, bisa memakai kendaraan roda dua atau tiga, boleh saja roda empat. Yang penting berfungsi sebagai kendaraan untuk mobilitas masyarakat bukan sok-sok an sebagai prestise yang mubazir. Trus, bagaimana di laut? “ Hari gini pake DAYUNG?” :p

Fasilitas “Green City” di setiap beberapa blok perumahan, sehingga atmosfir City saya segar dan nyaman. Tidak perlu memakai AC.

Fasilitas pencucian (pakaian, alat-alat dapur dan kendaraan) tersedia.

Pasar dan perbankan dapat berkembang sendiri dan sebagai indicator kemajuan City saya. Yang penting regulasinya tetap tidak berubah-ubah dan kredit bunganya tidak membebani masyarakat.

Fungsi Informasi sangat penting karenanya wajar bila perlu memanfaatkan Teknologi. Terutama untuk kondisi geografis kepulauan. Sudah semestinya fasilitas Mercusuar dilengkapi iptek yang canggih sehingga informasi antar pulau tidak terputus dan selalu terpantau. Nelayan City saya terfasilitasi keamanan dan kenyamanannya.

Oleh karena itu, transparansi boleh saja, tetapi transparansi “about what”?

Transparansi “about regulation” boleh-boleh saja sehingga politik, pengacara juga polisi dan tentara tertutup godaannya untuk berbuat “hal-hal” sebagai pihak yang paling tahu “about regulation” di masyarakat City saya.

Bagaimana Politik?

Politik di City saya berfungsi disaat mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan City yang lain. Pandangan saya : Semakin sederhana politik suatu wilayah/City maka semakin maju Pasar dan masyarakat di City saya.

So… seandainya sudah cukup besar kesenjangan antar blok-blok yang ada, mulai dari mana untuk “Fix and Repair” nya ya?

Teorinya sih, komunikasi!

Tetapi komunikasi yang bagaimana? Tentu dengan ke”Yakin”an sehingga mau memberikan kesempatan untuk “Fix and Repair”. Bagaimana bila masyarakat sudah tidak sabar dan tidak percaya lagi ?

Masyarakat dapat sabar bila perutnya “terisi” bukan “kenyang” tapi “terisi. Kalau hal ke”yakin”an biarlah masing-masing yang tahu sebenarnya.

So… berikan saja kemudahan untuk dapat pekerjaan dan penghasilan yang cukup dan kemudahan untuk sehat. Mudah-mudahan City anda sejahtera dan makmur masyarakatnya.

Yach… ini cerita City saya. Peace J


Tidak ada komentar: