Selasa, 03 Mei 2011

MAU DIBAWA KEMANA HUBUNGAN INI ?

Rumah besar berwarna merah putih dipojok jalanan Nusa, tampak teduh oleh pepohonan dan tanaman yang cantik di halaman depannya. Empang yang cukup luas dibelakang rumah tidak mengurangi kenyamanan penghuninya. Bahkan ditepian empang menjadi tempat yang mengasyikan bagi penghuninya.

Diky dan Dika senang bermain ditepian empang, kadangkala mereka memancing beberapa ekor ikan yang ada didalam empang dan meminta mbok Amba menggorengkannya.

“Mmm… enak sekali. Ikan yang masih segar terasa manis..”

Sepulang bapak dan emak dari kantor, biasanya ikut bergabung bersama Diky dan Dika di teras belakang, juga mbak Cici, bang sabar, Dedek dan Ande. Ada saja yang dapat dikerjakan. Bapak seringkali lebih senang membersihkan rumput-rumput yang sudah tinggi dan melancarkan aliran empang. Namun kadang-kadang bapak memetik buah-buahan dari pepohonan yang ada disekitar empang. Bahkan mbok Amba lebih sering mengambil sayur dari halaman daripada belanja ke pasar.

Suatu senja bang Kribang dating menghampiri bapak dan emak yang sedang “enjoy” diteras belakang bersama adik-adik.

“Pak, ada kawan abang mau nginap dirumah, karena ada keperluan dikota ini”. “Katanya dia mau bayar sewa selama numpangnya dirumah kita”. Bang kribang menjelas.

“Boleh ke, Pak?” Tanya bang Kribang lagi.

Bapak tersenyum, “Mengapa abang begitu bersemangat? Anak siapa, bang?”

Tersipu-sipu bang Kribang menjawab,”Anak si Memei dari Metropolitan, Pak”.

“Kemarin aku kenalan dan Acan baik sekali, pak… Aku ditraktirnya makan direstoran MD yang mahal itu, trus masih dibeliin kemeja lagi”.

“Mmmm… baru kenal?” Cetus mbak Cici sambil meleletkan lidahnya. Emak mencolek bahu mbak Cici, menegurnya untuk diam.

“Bang, bukan bapak ndak senang abang punya teman yang royal begitu”. Ujar bapak lembut.

”Coba kamu renungkan, adik-adikmu banyak, bukan hanya Diky dan Dika, masih ada si Dede dan si Ande. Bagaimana mereka ?”

“Seandainya kawanmu hanya menginap sebentar, mungkin bisa”. lanjut bapak.

”Tetapi tinggal bersama kita dirumah yang sama, dengan kebiasaan dan budaya yang berbeda tentu perlu saling pengertian. Pengertian mudah diucapkan tetapi prakteknya? Bagaimana dengan ketentraman?”

“ Yach….Tidak semua dapat terbayar dengan uang, bang”.

Bang Kribang tertunduk lesu. “Ya, pak..”

Bagaimana mungkin aku memberikan tempat didalam rumahku untuk orang asing karena uang semata, sementara saudara-saudaraku yang lebih berhak mendapat tempat dirumah kami terpaksa harus mengalah ?

“Yach.. aku sudah keterlaluan” desah bang Kribang menyadari keinginannya.


Tidak ada komentar: