Rupi’ah kecil begitu lincah dan mengundang kegemasan bagi setiap orang yang melihatnya. Sementara bang Yuro membantu bapak berjualan hasil kebun mereka dipasar. Kak Ringgit tenang menemani Sen, adik bungsunya yang baru belajar berjalan. Sesekali Rupi’ah melintas adiknya untuk sekedar menggamit tangan mungil Sen atau mengajak adiknya tertawa. Bi Ena dan bi Uwah juga sedang melakukan tugas masing-masing di dapur dan dibelakang rumah. Rumah kecil dengan 3 kamar tidur dan 1 kamar kecil yang menyenangkan.
Hampir menjelang tengah hari, Dollar keluar dari tempat persebunyiannya dibawah tangga, menyambut bapak dan bang Yuro yang baru pulang dari pasar. Gonggong Dollar yang riuh membangunkan Rupi’ah dan Sen yang sedang terlelap diruang tengah. Ibu pun menyambut bapak dan bang Yuro dengan senyum terkembang. Segera bergegas mereka kedapur dan bersama-sama menyantap makanan yang telah tersaji. Bang Yuro masih sempat bermain bersma Dollar sebelum bersiap ke sekolah. Ya, bang Yuro dan kak Ringgit bersekolah di sore hari supaya tetap dapat membantu bapak dan ibu. Hampir setiap hari Rupi’ah melihat pemandangan yang sama.
Hari ini seperti biasa Rupi’ah bangun dan dimandikan bi Uwah. Tetapi kali ini bi Uwah memakaikan Rupi’ah baju yang tampak manis. Rupi’ah senang sekali mengenakannya. Kemeja polos dengan rok kotak-kotak berwarna marun. Didepan cermin yang agak buram karena usia, Rupi’ah masih dapat melihat betapa manis dirinya dengan baju barunya itu.
“Ibu, lihatlah aku..” teriak Rupi’ah memanggil ibunya untuk memamerkan baju barunya.
“Ya, nduk.. ini tas mu.” Sambil tersenyum ibu menggamit tangan Rupi’ah masuk ke dalam kendaraan.
“Kita mau kemana, ibu?” Tanya Rupi’ah dengan polosnya, sambil memandang keheranan penuh rasa takjub ke arah bangunan di depannya yang berwarna-warni seperti permen lollipop kesukaannya.
“Rupi’ah sekarang sudah besar, Nduk”, lembut tangan ibu membelai Rupi’ah.
“Seperti bang Yuro dan kak Ringgit ya, bu?”
“Iya, sayang. Rupi’ah mau?”
“Mau, bu”. Sebentar senyum cerah di wajah Rupi’ah berganti bingung,”Tapi nanti ibu dimana?”
“Ibu tetap ada untukmu, nduk.” Jawab ibu menenangkan Rupi’ah, sambil membimbingnya ke dalam kelas.
“Ya, Rupi’ah kan sudah besar. Nanti bisa seperti kak Ringgit dan bang Yuro, ya bu?” Biar saja bang Yuro lebih senang main sama Dollar. Biar saja Kak Yen berteman dengan bang Yuro. Nanti Rupi’ah juga bisa besar kayak kak Yen dan bang Yuro, ya bu”. Ibu tersenyum mendengar celoteh polos Rupi’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar